Senin, 08 Februari 2010

Perilaku Abnormal Waria dalam Tinjauan Psikologi Kesehatan

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di Indonesia kelompok waria (wanita pria) saat ini jumlahnya mencapai tujuh juta orang, yang tersebar di semua provinsi di seluruh Indonesia. Mereka adalah salah satu kelompok yang mempunyai resiko tinggi tertular Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS. Sedangkan di Kabupaten Jember, Jawa Timur jumlah waria dan gay di Kabupaten Jember sebanyak 150 orang yang tersebar di 31 kecamatan di kabupaten penghasil tembakau itu, namun sebagian besar tinggal di kawasan kota.
Masyarakat saat ini masih memandang rendah terhadap waria dan gay yang berada di Indonesia, khususnya di Kabupaten Jember yang dikenal sebagai kota santri dan religius. Anggapan banyak orang, mereka adalah sampah masyarakat dan merupakan salah satu penyebar virus HIV/AIDS yang membawa ancaman kematian bagi setiap orang. hampir seluruh waria yang terjangkit HIV/AIDS di Jember, tertular karena hubungan seksual yang sering berganti pasangan, tidak ada yang tertular karena jarum suntik dalam mengonsumsi narkoba.
Upaya untuk menyampaikan informasi tentang bahaya Penyakit Menular Seksual kepada kaum waria dan gay, tidak semudah menyampaikan kepada masyarakat biasa karena rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh mereka dan ketidakpedulian terhadap kasus Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS di Jember yang semakin meningkat.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari psikologi abnormal?
2. Apa faktor pendorong dari perilaku waria ?
3. Bagaimanakah interaksi sosial waria terhadap lingkungan ?
4. Bagaimana pengetahuan waria terhadap Penyakit Menular Seksual ?


1.3 Tujuan
2. Mengetahui pengertian dari psikologi abnormal.
3. Mengetahui faktor pendorong dari perilaku waria.
4. Mengetahui interaksi sosial waria terhadap lingkungan.
5. Mengetahui pengetahuan waria terhadap Penyakit Menular Seksual.


























BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Psikologi Umum
Psikologi secara umum menguraikan menyelidiki kegiatan-kegiatan psikis pada umumnya dari manusia dewasa dan normal, termasuk kegiatan-kegiatan pengamatan, intelegensi, perasaan, kehendak, motif-motif, dan seterusnya. Psikologi umum mencari dalil-dalil umum dari kegiatan-kegiatan tersebut, dan melahirkan teori-teori psikologi.
Macam-macam cabang atau lapangan dalam ilmu psikologi:
1. Psikologi perkembangan (psikologi genetis)
Psikologi perkembangan menguraikan perkembangan kegiatan psikologi manusia sejak kecil sampai dewasa dan selanjutnya.psikologi perkembangan inipun terbagi-bagi pula ke dalam:
a) Psikologi anak
b) Psikologi pemuda
c) Psikologi orang dewasa atau psikologi umum
d) Psikologi orang tua.
2. Psikologi kepribadian dan tipologi
Psikologi kepribadian dan tipologi menguraikan mengenai struktur kepribadian manusia sebagai suatu keseluruhan, serta mengenai jenis-jenis atau tipe-tipe kepribadian.
3. Psikologi sosial
Psikologi sosial menguraikan tentang kegiata-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial, seperti situasi kelompok, situasi massa, situasi keluarga, dan seterusnya.
4. Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan menguraikan dan menyelidiki kegiatan-kegiatan manusia dalam situasi pendidikan, situasi belajar, dan lain-lain.
5. Psikologi diferensial dan psikodiagnosis
Psikologi diferensial dan psikodiagnosis menguraikan tentang perbedaan-perbedaan antar- individu dalam kecakapan-kecakapan, intelegensi, ciri-ciri kepribadian lainnnya, dan mengenai cara-cara untuk menentukan perbedaan-perbedaan tersebut.
6. Psikopatologi
Psikopatologi menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia yang berjiwa abnormal.

2.2 Psikologi Abnormal
Psikologi abnormal adalah cabang psikologi yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang-orang yang mengalaminya. Sedangkan perilaku abnormal adalah perilaku dimana kondisi emosional seperti kecemasan dan depresi muncul dan tidak sesuai dengan situasinya.
Para ahli kesehatan mental menggunakan berbagai kriteria dalam membuat keputusan tentang apakah suatu perilaku adalah abnormal atau tidak.kriteria yang paling umum untuk menentukan abnormalitas adalah:
1. Perilaku yang tidak biasa.
Perilaku yang tidak biasa sering dikatakan abnormal. Hanya sedikit dari kita yang menyatakan melihat ataupun mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada; ”melihat sesuatu” dan “mendengar sesuatu” seperti itu hampir selalu dikatakan abnormal dalam budaya kita, kecuali mungkin dalam kasus pengalaman religius tertentu dimana “mendengar suara” atau ‘melihat bayangan” dari tokoh-tokoh religius bukanlah sesuatu yang aneh (USDHHS, 1999a). Lebih jauh, “mendengar suara” dan bentuk halusinasi lainnya dalam sejumlah keadaan dianggap tidak aneh di beberapa masyarakat prasejarah. Dengan demikian, sesuatu yang jarang ada atau secara statistik menyimpang tidak cukup kuat menjadi dasar pemberian label perilaku abnormal; walaupun begitu, hal ini sering menjadi ukuran untuk memutuskan abnormalitas.
2. Perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau melanggar norma sosial.
Setiap masyarakat memiliki norma-norma (standar) yang menentukan jenis perilaku yang dapat diterima dalam beragam konteks tertentu.perilaku yang dianggap normal dalam satu budaya mungkin akan dipandang sebagai abnormal dalam budaya lainnya.
Satu implikasi dari mendasarkan definisi perilaku abnormal pada norma sosial adalah bahwa norma-norma tersebut merefleksikan standar yang relatif, bukan kebenaran universal. Apa yang normal dalam suatu budaya mungkin abnormal di negara lain. Misalnya, apa yang dipandang normal, perilaku blak-blakan dari kebanyakan wanita Amerika mungkin dianggap sebagai perilaku kurang ajar bila dipandang dari konteks budaya lain yang lebih tradisional.
3. Persepsi atau interpretasi yang salah terhadap realitas.
Biasanya, sistem sensori dan proses kognitif memungkinkan kita untuk membentuk representasi mental yang akurat tentang lingkungan sekitar. Namun melihat sesuatu ataupun mendengar suara yang tidak ada objeknya akan disebut sebagai halusinasi (hallucination), dimana dalam budaya kita sering dianggap sebagai tanda-tanda yang mendasari suatu gangguan.
4. Orang-orang tersebut berada dalam stres personal yang signifikan.
Kondisi stres personal yang diakibatkan oleh gangguan emosi, seperti kecemasan, ketakutan atau depresi, dapat dianggap abnormal. Namun, kecemasan dan depresi terkadang merupakan respon yang sesuai dengan situasi tertentu. Ancaman dan kehilangan yang nyata terjadi dan dialami oleh setiap orangdari waktu ke waktu, dan tidak ada respon emosional pada kondisi tersebut dapat dianggap sebagai abnormal.
5. Perilaku maladaptif atau ‘self-defeating’.
Perilaku yang menghasilkan ketidak bahagiaan dan bukan self-fufillment dapat dianggap sebagai abnormal. Perilaku yang membatasi kemampuan kita untuk berfungsi dalam peran yang diharapkan atau untuk beradaptasi dengan lingkungan kita juga dapat disebut abnormal.

6. Perilaku berbahaya.
Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri ataupun orang lain dapat dikatakan abnormal.
Dengan demikian perilaku abnormal memilki definisi ganda. Tergantung pada kasusnya. Beberapa kriteria mungkin dapat ditekankan dari pada kriteria lainnya. Namun pada kebanyakan kasus merupakan kombinasi-kombinasi dari kriteria tersebut.

2.3 Stress
Menurut Goldgerger dan Breznitz, stres merupakan transaksi kritis yang dilakukan oleh organisme dan lingkungan, yang menimbulkan akibat dalam bentuk mobilisasi psikologis, gangguan fungsi kognitif, dan perilaku yang tidak terorganisasi.

2.4 Penyakit Menular Seksual
2.4.1 HIV
HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang seperti darah, cairan kelamin (air mani atau cairan vagina yang telah terinfeksi) dan air susu ibu yang telah terinfeksi. Sedangkan AIDS adalah sindrom menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan tubuh penderita telah menurun.HIV dapat menular ke orang lain melalui :
1. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
2. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
3. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
4. Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)


Penularan
HIV tidak ditularkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS. Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita AIDS :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati
Gejala minor :
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

2.4.2 Gonorrhea
Infeksi di mulut dan anus Bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan. Infeksi mulut dananus dari gonorrhea normalnya menghasilkan gejala-gejala yang kadang luput daripengamatan. Dalam sejumlah kasus infeksi mulut, penderita mengalami rasa sakitpada tenggorokan, sedangkan infeksi pada anus menimbulkan rasa tidak nyaman atau gatal, keluarnya nanah atau darah dari anus. Dampak gonorrhea yang tidak diobati pada laki-laki. Gonorrhea sendiri merupakan peradangan pada kelenjar yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhea. Bakteri ini biasanya menginfeksi uretra (saluran kencing) pada laki-laki dan mulut rahim pada perempuan. Namun jangan khawatir, penyakit ini bisa dicegah dan diobati, meski kesannya ‘memalukan’ bila mengidapnya.
Gejalanya Sangat bervariasi bergantung pada bagian mana organ genital yang terkena dan kadangkala malah tak menunjukkan gejala sama sekali. Infeksi pada uretra Bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan. Jika bakteri menginfeksi wilayah ini, penderita akan merasakan sensasi terbakar saat berkemih. Sensasi panas terbakar ini bisa ringan atau menyakitkan. Biasanya penderita akan merasakan keinginan berkemih lebih sering karena merasa ‘tidak tuntas’. Selain kencing terasa panas,dari uretra juga biasa mengeluarkan kotoran berwarna putih terang atau serupa susu, berwarna putih hingga hijau kekuningan.
Dalam beberapa kasus, organ genital tampak meradang dan lebih lembek. Infeksi di mulut rahim Pada perempuan, gonorrhea juga dapat menginfeksi mulut rahim dan pada sebagian besar kasus tak menunjukkan gejala apapun. Sebaliknya, sejumlah perempuan mengalami komplikasi terkait infeksi bahkan sebelum mereka menyadari infeksi yang sesungguhnya terjadi. Mereka yang mengalami gejala akan mengenali keluarnya kotoran dari vagina dan iritasi di vulva yang tidak biasa. Infeksi di mulut dan anus Bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan. Infeksi mulut dan anus dari gonorrhea normalnya menghasilkan gejala-gejala yang kadang luput dari pengamatan.
Dalam sejumlah kasus infeksi mulut, penderita mengalami rasa sakit pada tenggorokan, sedangkan infeksi pada anus menimbulkan rasa tidak nyaman atau gatal, keluarnya nanah atau darah dari anus. Dampak gonorrhea yang tidak diobati pada laki-laki. Pada laki-laki, bakteri akan menyebar ke uretra. Hal ini berdampak buruk pada prostat, saluran mani, kelenjar Cowper dan epididimis. Biasanya penyebaran bakteri disertai dengan munculnya nanah yang menyebabkan rasa sakit dan demam pada penderita. Ujung-ujungnya nanah akan keluar melalui uretra atau anus. Gawatnya, jika epididimis juga terkena infeksi, maka dapat membuahkan kemandulan pada laki-laki. Gonorrhea pada perempuan jika tak diobati, besar kemungkinan perempuan akan mengalami masalah pada kelenjar Bartholin yang terinfeksi. Jika pembengkakan menghalangi saluran vagina, maka akan menciptakan rasa sakit di vulva bagian bawah, menjadi merah pada bagian yang terinfeksi. Jika infeksinya menyebar dari kelenjar Bartholin ke uterus (rahim), penderita akan mengalami penyakit peradangan pada pelvis (pelvic inflammatory disease/PID).
Penularan Gonorrhea merupakan penyakit menular seksual yang gampang menyebar. Berbagai bentuk penetrasi seksual, entah oral, anal atau vaginal dapat menularkan gonorrhea. Penderita gonorrhea dapat menginfeksi area lain di tubuhnya dengan hanya menyentuh area terinfeksi dan mentransfer ekskresi. Gonorrhea mungkin juga menyebar di pakaian, bahkan tempat cucian. Jika tempat cucian bekas dipakai mencuci pakaian yang terinfeksi bakteri ini, dan tempat yang sama dipakai orang lain tak lama sesudahnya, penularan infeksi bisa terjadi. Perlu dicatat, infeksi anus dapat terjadi pada perempuan tidak hanya karena penetrasi dari anus, namun juga bisa karena senggama vagina, karena tak jarang sekresi cairan yang terinfeksi bakteri ini dari vagina mengalir ke anus, membuahkan infeksi berulang.
Penggunaan kondom lateks dan dental dams bisa membantu mencegah penularan penyakit ini. Pengobatan Gonorrhea, dokter biasanya meresepkan antibiotik seperti penicillin dan tetracycline yang efektif memerangi gonorrhea. Sayangnya, sejumlah strain gonorrhea menjadi resisten terhadap obat-obatan tadi. Jika hal ini terjadi biasanya dokter akan meresepkan antibiotik lain seperti cefixime dan ciprofloxacin. Jangan mengobati sendiri, selalu konsultasikan antibiotik mana yang tepat untuk Anda dengan dokter.

2.4.3 Sifilis
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini masuk kedalam tubuh manusia melalui selaput lendir (misalnya di vagina atau mulut) atau melalui kulit. Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat, kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Sifilis juga bisa menginfeksi janin selama dalam kandungan dan menyebabkan cacat bawaan. Seseorang yang pernah terinfeksi oleh sifilis tidak akan menjadi kebal dan bisa terinfeksi kembali.
Neurosifilis meningovaskuler merupakan suatu bentuk meningitis kronis. Gejala yang terjadi tergantung kepada bagian yang terkena, apakah otak saja atau otak dengan medulla spinalis:
1. Jika hanya otak yang terkena akan timbul sakit kepala, pusing, konsentrasi yang buruk, kelelahan dan kurang tenaga, sulit tidur, kaku kuduk, pandangan kabur, kelainan mental, kejang, pembengkakan saraf mata (papiledema), kelainan pupil, gangguan berbicara (afasia) dan kelumpuhan anggota gerak pada separuh badan.
2. Jika menyerang otak dan medulla spinalis gejala berupa kesulitan dalam mengunyah, menelan dan berbicara; kelemahan dan penciutan otot bahu dan lengan; kelumpuhan disertai kejang otot (paralisa spastis); ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dan peradangan sebagian dari medulla spinalis yang menyebabkan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih serta kelumpuhan mendadak yang terjadi ketika otot dalam keadaan kendur (paralisa flasid).

Neurosifilis paretic juga disebut kelumpuhan menyeluruh pada orang gila. Berawal secara bertahap sebagai perubahan perilaku pada usia 40-50 tahun. Secara perlahan mereka mulai mengalami demensia. Gejalanya berupa kejang, kesulitan dalam berbicara, kelumpuhan separuh badan yang bersifat sementara, mudah tersinggung, kesulitan dalam berkonsentrasi, kehilangan ingatan, sakit kepala, sulit tidur, lelah, letargi, kemunduran dalam kebersihan diri dan kebiasaan berpakaian, perubahan suasana hati, lemah dan kurang tenaga, depresi, khayalan akan kebesaran dan penurunan persepsi.
Neurosifilis tabetik disebut juga tabes dorsalis merupakan suatu penyakit medulla spinalis yang progresif, yang timbul secara bertahap. Gejala awalnya berupa nyeri menusuk yang sangat hebat pada tungkai yang hilang-timbul secara tidak teratur. Penderita berjalan dengan goyah, terutama dalam keadaan gelap dan berjalan dengan kedua tungkai yang terpisah jauh, kadang sambil mengentakkan kakinya. Penderita tidak dapat merasa ketika kandung kemihnya penuh sehingga pengendalian terhadap kandung kemih hilang dan sering mengalami infeksi saluran kemih. Bisa terjadi impotensi. Bibir, lidah, tangan dan seluruh tubuh penderita gemetaran. Tulisan tangannya miring dan tidak terbaca. Sebagian besar penderita berperawakan kurus dengan wajah yang memelas. Mereka mengalami kejang disertai nyeri di berbagai bagian tubuh, terutama lambung. Kejang lambung bisa menyebabkan muntah. Kejang yang sama juga terjadi pada rektum, kandung kemih dan pita suara. Rasa di kaki penderita berkurang, sehingga bisa terbentuk luka di telapak kakinya. Luka ini bisa menembus sangat dalam dan pada akhirnya sampai ke tulang di bawahnya. Karena rasa nyeri sudah hilang, maka sendi penderita bisa mengalami cedera.
Gejalanya adalah merasa tidak enak badan, demam, sakit kepala, berkeringat, menggigil dan semakin memburuknya luka sifilis yang bersifat sementara waktu. Penderita neurosifilis kadang mengalami kejang atau kelumpuhan. Setelah menjalani pengobatan, penderita sifilis fase laten atau fase tersier diperiksa secara teratur. Hasil positif dari pemeriksaan antibodi biasanya menetap selama beberapa tahun, kadang seumur hidup penderita. Hal ini tidak menunjukkan adanya suatu infeksi baru. Untuk mengetahui adanya infeksi baru dilakukan pemeriksaan darah yang lain.












BAB IV. PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Psikologi Abnormal
Psikologi abnormal adalah cabang psikologi yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang-orang yang mengalaminya. Sedangkan perilaku abnormal adalah perilaku dimana kondisi emosional seperti kecemasan dan depresi muncul dan tidak sesuai dengan situasinya.
Menurut teori psikologi abnormal, responden kami tergolong pada perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau melanggar norma sosial.
Setiap masyarakat memiliki norma-norma (standar) yang menentukan jenis perilaku yang dapat diterima dalam beragam konteks tertentu.perilaku yang dianggap normal dalam satu budaya mungkin akan dipandang sebagai abnormal dalam budaya lainnya.
Satu implikasi dari mendasarkan definisi perilaku abnormal pada norma sosial adalah bahwa norma-norma tersebut merefleksikan standar yang relatif, bukan kebenaran universal.
Kehadiran waria di kota Jember belum dapat diterima karena dianggap tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat Jember. Seseorang yang menjadi waria dianggap sebagai manusia yang menyalahi kodratnya sebagai pria. Selain itu perilaku seorang waria di Jember masih dianggap meresahkan warga karena waria identik dengan hal-hal yang negatif.
4.2 Faktor Pendorong Perilaku Waria
Faktor Pendorong yang membuat responden berubah menjadi seorang waria antara lain :
a. Determinan atau faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan sebagainya
Responden merasa bahwa keadaannya yang menjadi seorang waria merupakan bawaan dari kecil. Sehingga secara tidak langsung dan tanpa disadari dia terpengaruh oleh sifat bawaannya itu..
b. Determinan atau faktor eksternal yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya dan sebagainya.
1) Faktor Pergaulan
Responden bertemu dengan seorang teman yang notabene adalah seorang waria yang sudah mempunyai pekerjaan yaitu mendirikan salon kecantikan. Akhirnya dia terpengaruh dengan gaya hidup dan lingkungan yang mendukungnya untuk menjadi waria, maka dia menjadi seorang waria dan memutuskan untuk menjalani kehidupan yang seperti ini.
2) Faktor Stress
Menurut Goldgerger dan Breznitz, stres merupakan transaksi kritis yang dilakukan oleh organisme dan lingkungan, yang menimbulkan akibat dalam bentuk mobilisasi psikologis, gangguan fungsi kognitif, dan perilaku yang tidak terorganisasi.
Responden juga sempat depresi karena setelah lulus SMA ingin langsung bekerja tetapi belum juga menemukan pekerjaan sehingga diajak oleh tetangga yang telah bekerja di Bali, ternyata disana dia bekerja menjadi pelacur untuk turis-turis asing. Dan sejak saat itu dia sudah akrab dengan dunia atau kehidupan seperti ini.
Pada kenyataannya kemunculan seseorang menjadi homoseksual bukan selamanya kehendak sendiri, biasanya mulai timbul kelainan ketika menginjak remaja atau fase ketertarikan seksual. Fase awal ini dikenal homoseksual egodistonik, dimana terjadi pertentangan dalam dirinya dimana dia tidak menyukai kondisi homoseksualnya. (Rasyid : 2007 , halaman 145)
Seorang waria memang tidak sama dengan homoseksual. Namun secara prakteknya, seorang waria adalah seorang yang juga homoseksual dengan penampilan menyerupai wanita. Waria yang menjadi responden kami mengalami peristiwa egodistonik tersebut. Dia awalnya tidak menyukai keadaannya sebagai waria. Namun seriring dengan berjalannya waktu, dia pun bisa menjalani hidupnya itu.
4.3 Interaksi Sosial Waria dengan Lingkungan Sekitar
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.
Penyesuaian diri menurut pengertian Allport tentang kepribadian manusia, kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem psiko-fisik dalam individu yang menentukan cara-caranya dalam menyesuaikan diri dengan lingkunganya.
Semua waria mempunyai cara sendiri-sendiri dalam menghadapi masyarakat. Mereka berusaha beradaptasi dengan lingkungan masyarakat untuk meyakinkan kepada masyarakat bahwa tidak semua waria adalah murahan dan hina, dia berusaha berinteraksi dengan mereka dengan sholat jumat berjamaah, selain itu dia juga telah mempunyai pekerjaan yaitu membuka usaha salon sehingga dia dapat meyakinkan kepada masyarakat bahwa tidak selamanya seorang waria itu hanya bekerja di jalan-jalan (pengamen), berpenampilan seperti laki-laki tanpa make up dan berpakaian laki-laki.
Responden juga menjadi seorang penyiar radio di salah satu stasiun radio terkenal di jember, dengan profesi yang dia jalani respon masyarakat baik. Untuk keseharian di rumah saya berpenampilan seperti laki-laki. Cara berinteraksi dengan masyarakat luar yaitu dengan aksi solidaritas seperti peringatan hari AIDS, mengadakan acara maulid Nabi, aksi sosial terhadap bencana, berhubungan dengan LSM yang ada. Sehingga dapat sedikit membuat masyarakat yakin bahwa tidak semua waria hanya menjadi sampah masyarakat, tetapi mereka adalah orang yang juga butuh pengakuan dari masyarakat.
4.4 Pengetahuan Waria Terhadap Penyakit Menular Seksual
Responden kami memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang Penyakit Menular Seksual. Responden kami setidaknya mengetahui tentang cara penularan dan pencegahan dari HIV/AIDS dan Sifilis. Selain itu, responden kami telah memiliki pengetahuan untuk mencegah penularan pada dirinya, yaitu selalu memakai kondom ketika berhubungan seksual dan selalu selektif dalam memilih pasangan. Menurut responden kami telah ada tujuh kasus yang meninggal dikarenakan HIV/AIDS, oleh karena itu sedapat mungkin responden kami berusaha meminimalisir penularan HIV/AIDS.
Dari pengetahuan tersebut, responden kami berusaha untuk mensosialisasikan pengetahuannya mengenai Penyakit Menular Seksual. Responden kami memberikan informasi kepada teman warianya dengan cara mengajak berdiskusi tentang bahaya HIV/AIDS dan memberikan saran untuk memakai kondom setiap kali berhubungan seksual dan juga melakukan tes darah untuk diagnosa dini terhadap Penyakit Menular Seksual.
Namun, responden kami tersebut tidak memaksa teman-teman warianya untuk melaksanakan sarannya tersebut. Semua keputusan diserahkan kepada individu masing-masing.



BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Psikologi abnormal adalah cabang psikologi yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang-orang yang mengalaminya. Menurut teori psikologi abnormal, responden kami tergolong pada perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau melanggar norma sosial.
b. Faktor Pendorong Perilaku Waria yaitu
1) Determinan atau faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat bawaan,
2) Determinan atau faktor eksternal yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya meliputi faktor pergaulan dan stress.
c. Interaksi Sosial Waria dengan Lingkungan Sekitar
Waria dapat berinteraksi dengan baik di masyarakat karena mereka berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan masyarakat dan meyakinkan kepada mereka bahwa tidak semua waria adalah murahan dan hina, namun masyarakat masih belum dapat menerima keberadaan waria dalam lingkungan sosial mereka.
d. Pengetahuan Waria Terhadap Penyakit Menular Seksual
Waria mempunyai pengetahuan mengenai penyakit menular seksual terutam HIV dan sifilis meliputi pengertian, penyebab, dampak dan cara penularan. Sehingga waria melakukan upaya-upaya pencegahan agar dapat terhindar dari penyakit tersebut.
5.2 Saran
a. Sebaiknya seorang waria harus bisa menentukan pilihan dalam hidupnya yaitu menjadi seorang laki-laki normal atau tetap menjadi seorang waria.
b. Dalam menjalani kehidupan sebagai waria, sebaiknya tidak melakukan hubungan homoseksual secara bebas karena dapat berisiko tertular penyakit menular seksual.
c. Adanya peran orang tua dalam membimbing dan mengarahkan anak yang dari awal mempunyai tanda-tanda perilaku yang abnormal berupa motivasi, kasih sayang tanpa mendeskriminasikan sehingga anak tidak merasa tertekan dan memiliki kesadaran dari dalam dirinya untuk mengubah perilaku yang abnormal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar